Kamis, 16 Juni 2011

MOROWALI JOURNEY@2007

MEMBACA WANA, BELAJAR PADA SUKU TA'A

Di sini tidak ada dokter, Bapak. Dokter jauh di Kolonodale dan tidak pernah datang kemari. (Anton, menantu Om Jima kepala suku Kaju Poli)

Saya rindu pulang ke Morowali, hutan belantara yang dihuni oleh para pewaris adat suku Ta'a. Mereka masih hidup sebagai peladang berpindah. Pada Akhir 2007saya dan kawan-kawan hadir menyambangi wilayah itu. Inilah perjalanan kami...
17 Desember 2007 pagi hari, di Bandara Cengkareng

Cek en ricek keperluan penerbangan, tiket!

Dari kiri, Erwan Ewe Efendi, Ari Rusyadi dan Saya
Rute hari itu; Dari Jakarta menuju Makassar
Dari Bandara Sultan Hassanudin Makassar naik Angkot hehehe
Setelah menginap beberapa hari di rumah Erwan, kami melanjutkan perjalanan
menuju ke Soroako. Dengan menggunakan bus kami melakukan perjalanan selama
satu malam
Terminal bus Soroako. Di tempat ini terdapat pertambangan Nikel terbesar.
Eksploitasi dilakukan oleh PT INKO
Mejeng bentar nggak ada salahnya yaaaaaa.....hihihi
Kami bertiga dengan perbekalan dan peralatan yang akan kami gunakan
selama 1 bulan di hutan Morowali. Generatornya belum diangkut.........
Beraaaaaat boooooooooo.....
Danau Soroako, konon merupakan danau terdalam di seluruh asia, masuk
dalam lima besar danau terdalam di dunia. Di tempat inilah, pada latar belakang
pegunungan itu berlimpah Nikel dan bahan tambang lainnya...hmmmm....
Pertualangan seru sedang dimulai....
Kami tiba di pantai seberang Soroako. Tempat ini adalah awal dari perjalanan
menempuh jalur melalui Beteleme. Tidak ada angkutan yang tersedia. Yang
ada adalah sebuah pos, dengan mobil-mobil yang parkir hendak menyeberang.
Mobil Toyota Kijang itulah yang mengantarkan kami menuju Kolonodale.
Sementara di tengah jalan, kami menyempatkan diri untuk kencing sambil
melihat pemandangan alam Sulawesi Tengah yang indah tiada tara.
Di perjalanan sempat saya ambil sticker-sticker tertempel di sebuah warung.
Tempat ini adalah pemukiman Transmigrasi. Sticker itu memberikan tanda
kepada saya tentang budaya konsumsi masyarakat di sekitarnya
Kolonodale terlihat dari bukit tempat saya berdiri...kota pelabuhan mungil
Foto-foto sambil cari tempat makan, maklum suasana saat itu lebaran, sehingga
agak sulit cari tempat makan karena setiap orang di Kolonodale makan di rumah,
sementara warung-warung tutup...

Erwan berpose di depan Saka Wanabakti, Erwan adalah anggota Pramuka
yang cukup aktif, saat ia sekolah di SD, SMP dan SMA. Sewaktu kuliah di
IKJ, Erwan tidak pernah lagi turut dalam gerakan Pramuka, capek katanya
karena kesibukan bermain teater
Ari dengan senyumnya yang ceria menemukan satu bukti
keunikan Kolonodale, ada KENTUCKY yang bermeta
morfosa menjadi KENTAKI. "Ri..kalok Andy Warhol datang
ke Kolonodale, barangkali dia akan jadikan kertas ini sebagai
bagian dari karya POP ARTnya dan dipamerin di Ruang
Rupa hahahahahhahah....
Akhirnya kami bertemu kawan dari Yayasan Sahabat Morowali. Namanya Ali.
Kami ditampung di rumah Bang Tamim dari Sahabat Morowali juga. Di teras
rumah menikmati semilir angin, membuka peta merencanakan persiapan perjalanan
Di Kolonodale terdapat pasar tradisional, Orang berjualan macam-macam
barang kebutuhan rumah tangga. Kami membeli kebutuhan yang akan kami
gunakan selama 1 bulan di Wana
Melihat foto-foto ini, saya jadi pengen beli. Poster bergambar Presiden dan
Wakil Presiden, Burung Garuda dan pakaian adat di beberapa suku bangsa di
Indonesia. Di mana baju adat suku Ta'a yang dikenal dengan nama Suku Wana yaaa?
Jadi pengen tahu apa yang terjadi kalok gambar itu saya bawa ke dalam hutan....hihihii
Kami membeli kebutuhan bahan makanan satu becak. Tapi nampaknya kami
tidak perlu membawa becaknya ke Wana, cuma bahan makanan aja deh yang
perlu kami bawa. Becak kan nggak bisa jalan di hutan belantara? hehehe
Buka peta lagi, catat-catat lagi, Ali banyak memberikan keterangan tentang
Suku Ta'a kepada kami. Saya mencoba belajar beberapa bahasa. 'Mamposi
nakasanang raya!" artinya mari sama sama merokok supaya hati senang hehehhe
Memang, tembakau jadi simbol perdamaian dunia selain Perserikatan Bangsa-Bangsa

Di Kolonodale kami menginap selama dua malam, sambil mempersiapkan segala kebutuhan yang kami perlukan untuk melakukan riset dan  tinggal bersama suku Ta'a di pedalaman Morowali, Sulawesi Tengah. Rencananya hari itu Ali akan memanggil juru perahu untuk mengantarkan kami ke Muara Wana. Perjalanan dari Kolonodale menggunakan perahu menuju Muara Wana dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam jika cuaca dalam keadaan baik. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar